Selasa, 01 Januari 2013

DIMAS KANJENG TAAT PRIBADI 2009

Probolinggo-Surya- Sejak tiga tahun terakhir, para fakir miskin di sekitar Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, merasakan aliran uang dari dermawan setempat yang bernama Dimas Kanjeng Taat Pribadi, 38. Jumlahnya cukup lumayan untuk ukuran mereka dan datangnya rutin, terutama pada hari-hari besar keagamaan Islam.

Pada Senin (14/9) sore kemarin atau seminggu sebelum lebaran, kembali warga miskin Desa Wangkal kecipratan rezeki Dimas Kanjeng. Yang mendapat bagian sekitar 2.000 orang. Bentuknya berupa beras 10 kg dan uang tunai Rp 50.000 per orang. Sedangkan yang tidak kebagian beras, diberi uang tunai masing-masing Rp 100.000.

Namun demikian, kepada Surya Dimas Kanjeng menyebut bahwa apa yang dibagikannya bukanlah zakat melainkan santunan, kendati waktu pemberiannya menjelang lebaran.

“Ini santunan, bukan zakat. Kalau zakat, saya punya cara sendiri untuk membaginya. Saya tak ingin pembagian zakat saya diketahui umum. Hanya Allah yang tahu,” katanya kepada Surya.

Total dana yang dibagikan Dimas kemarin baru sekitar Rp 200 juta. Tetapi, dia sudah menyiapkan sekitar Rp 8 miliar untuk dibagikan sebagai santunan. Uang miliaran yang di antaranya tersimpan dalam peti kayu dengan panjang dan lebar 0,5 meter serta tinggi 90 cm itu lantas ditunjukkan Dimas. Uang-uang itu disimpan bersama tumpukan emas batangan di kamar rumahnya.
“Ini uang asli, jumlahnya Rp 8 miliar,” ujarnya sembari mengambil segebok uang lalu mempertontonkannya kepada wartawan.

Dari pantauan Surya di lokasi rumah Dimas Kanjeng, pembagian santunan kemarin dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Acara pembagian berlangsung lancar, lantaran tuan rumah membuat panitia yang terdiri dari puluhan orang. Mereka mengenakan kaos yang bergambar foto Dimas Kanjeng.

Beberapa anggota kepolisian juga sudah berada di lokasi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya ketidaktertiban. Bahkan, Kasat Reskrim Polres Probolinggo, AKP Sunardi Riyono, juga terlihat di lokasi pembagian santunan.

Menurut Dimas Kanjeng, uang yang disisihkan dari hasil usahanya itu akan diberikan kepada fakir miskin secara bertahap. “Hari ini baru Rp 200 juta. Pokoknya tiap hari besar Islam, misalnya Isra Mi`raj atau Maulid Nabi, saya selalu mengeluarkan santunan,” katanya.

Santunan itu sudah diberikan kepada warga sekitar sejak tiga tahun terakhir. “Jumlah yang sudah saya keluarkan mungkin sekitar tiga miliar rupiah,” ujar Dimas mengingat-ngingat uang yang sudah dikeluarkannya.

Dimas Kanjeng mengaku, hartanya diperoleh dari hasil bisnis batubara, otomotif dan jual-beli intan. “Kalau ada orang yang berprasangka buruk, itu sangat tidak benar. Karena saya sudah lama berbisnis dan baru tahun-tahun belakangan ini menuai hasilnya,” kata Dimas sembari menyebut penghasilannya mencapai ratusan juta per bulan.

Ketika ditanya kenapa uang sebanyak itu tidak disimpan di bank, Dimas Kanjeng menjawab bahwa guru spiritualnya tidak memperkenankan dirinya menyimpan uang di bank.
“Itu sesuai petunjuk dari guru saya. Yang jelas, ini uang dari hasil bisnis,” ujar Dimas yang memiliki tiga anak ini.
Seorang tetangga Dimas mengaku terkesima dengan banyaknya uang yang kerap dibagi-bagikan Dimas kepada warga di sekitar desanya.

“Kok bisa ya dia kaya seperti itu,” kata seorang tetangga yang enggan disebut namanya.
Sebetulnya, dari pantauan Surya, rumah Dimas Kanjeng tidaklah mewah. Bahkan, bila dibandingkan dengan rumah-rumah mewah di perkotaan, rumah Dimas terkesan biasa saja.

Namun, jika dibandingkan dengan rumah para warga di Desa Wangkal pada umumnya, rumah Dimas yang berlantai dua itu terbilang mewah. Rumah tersebut memiliki pintu gerbang cukup tinggi dan kokoh.
Di tembok ruang tamu rumah, banyak terpajang foto para kiai dan alim ulama selain foto diri Dimas. Selain berbisnis, Dimas juga memimpin sebuah LSM di Probolinggo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar