Jumat, 04 Januari 2013

Dimas Kajeng Taat pribadi Mulai galau


Bila iming-imingnya mendapat keuntungan berlipat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bilang itu riba, sehingga haram hukumnya. Bila korban menuntut, polisi pun mengaku bisa memasukkannya sebagai tindakan kriminal penipuan. Sementara, kalangan ekonom mendesak PT Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) untuk melacaknya.

Dalam obrolan warung kopi, orang yang tidak pernah kesulitan materi sering dikatakan ‘uangnya tidak ada nomor serinya’. Nah para ekonom menilai fenomena  Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang bisa menciptakan uang secara ;ghaib’ pun harus diteliti.
Meski polisi mengatakan asli, Bank Indonesia (BI) dan PT Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) bisa membantu mengendus kebenaran ‘ghaib’ yang digembar-gemborkan.
“Kok bisa? Saya kok baru dengar ini ?” aku Achmad Sjafii pakar ekonomi Universitas Airlangga (Unair). Dalam ekonomi, yang dimaksud uang (fisik/intrinsik) kertas maupun logam adalah yang bisa dicetak resmi oleh Bank Indonesia (BI) melalui PT Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). Sehingga, patut dicurigai tentang keabsahan dari ‘penciptaan’ uang yang dicetak oleh Dimas Kanjeng. “Secara UU (undang-undang, red) begitu. Terutama, pada seri nomor uang dan lainnya,” tuturnya.
Ia pun meminta, uang ‘ghaib’ tetap disikapi dengan bijak dan nalar yang sehat. Sebaiknya, masyarakat tetap berada pada jalur yang benar dan masih pada garis ‘sunantullah’. “Sebagai manusia biasa, tetap berpendirian dan wajib berikhtiar dengan bekerja untuk mencari nafkah/uang,” pintanya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur (Jatim) pun mengaku baru mendengar.  Laporan dari masyarakat pun belum ada yang masuk mengenai padepokan yang diasuh oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi tersebut. Juga terkait isu mendapat uang secara ‘gaib.’ Masih perlu dilakukan kajian-kajian mengenai padepokan yang diasuh oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu.
Abdus Somad, Ketua Umum MUI Jatim, mengungkapkan, pihaknya belum mendapat laporan. Namun, jika hal itu memang ada, masyarakat jangan sampai terkecoh karena hal itu tidak masuk akal sama sekali.
“Secara umum itu tidak masuk akal dan sulit untuk dicerna. Kalaupun ada, hal-hal yang terkait dengan dunia metafisik itu menjadi urusan Allah swt yang Maha Tahu Segalanya. Apalagi ada istilah biaya empat ekor sapi dan satu hektare lahan agar bisa masuk ke padepokan itu dengan tujuan untuk memperoleh harta yang berlipat-lipat, itu riba namanya. Haram hukumnya dalam Agama Islam,” ujarnya baru-baru ini.
Terpisah, menurut Hamri Jauhari, pengurus harian Muhammadiyah Surabaya, agama Islam tidak pernah mengajarkan cara memperoleh kekayaan secara instan. Apalagi berbau hal-hal gaib seperti yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
“Agama Islam itu mengajarkan berdagang, bertani, pengembangan profesi, itu Islam. Masih ada beberapa hal lagi yang bisa juga dikembangkan secara transparan. Kalau metafisik seperti itu kemungkinan untuk dicerna akal akan sulit,” jelasnya.
Terpisah, Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol Hilman Tayib mengatakan bahwa kasus ajaran ikhlas  di Probolinggo yang mengharuskan pengikutnya membayar sejumlah uang atau benda berharga lainya tergolong pidana penipuan. "Praktek seperti itu bisa dikatakan penipuan," terangnya.
Apalagi pelaku mengiming-imingi pengikutnya akan mendapat pengembalian uang beribu kali lipat hingga miliaran rupiah. Tapi ketika pengikutnya menagih kapan uang miliaran yang dijanjikan akan cair, pelaku selalu berkelit bahwa uang miliaran itu akan cair ketika pengikutnya telah benar-benar ikhlas. Nah, selama pengikutnya itu masih menagih kapan uangnya akan cair, berarti para pengikut itu belum ikhlas secara total sehingga dipastikan uang itu tidak akan cair.  "Itu termasuk modus kejahatan baru, agar korbannya bisa percaya, " jelasnya
Hilman menegaskan pihaknya akan menyelidiki kasus tersebut untuk memastikan apakah memang benar ada aksi kejahatan dengan modus menyetor uang dengan syarat ikhlas. "Karena modus itu termasuk penipuan, maka jika kami temukan bukti, langsung kami tangkap," tandasnya
Mengenai fenomena ini, Guru besar psikologi sosial Unair, Prof. Suryanto memaparkan ada banyak faktor yang menentukan kepercayaan seseorang terhadap orang lain. Di antaranya faktor kharisma dan kemampuan lebih yang tidak dimiliki orang lain. “Korban bisa saja percaya karena terpengaruh dengan kharisma pelaku, juga terpengaruh karena pelaku memiliki kemampuan menggandakan uang semacam itu.
Itulah salah satu sifat kompromis yang dimiliki manusia, dimana setiap orang dalam interaksi selalu membuat pengaruh,” ujarnya.
Korban yang bersedia bergabung, menurut Prof Suryanto selain karena faktor interaksi, juga dilandasi oleh faktor kebutuhan hidup dimana korban dalam kondisi kekurangan dan tidak ada pilihan lain selain mencari jalan pintas dengan mengikuti arahan pelaku, dan dengan kata lain pelaku memberikan sugesti kepada korbannya. “Pemberian sugesti dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya cara seperti yang dipakai pelaku. Apalagi didukung oleh karakteristik seseorang yang dapat dengan mudah disugesti, diantaranya adalah orang itu memiliki upaya untuk mendapatkan uang, terhimpit masalah kemiskinan, juga kepribadian. Tipe-tipe kepribadian tertentu dapat dengan mudah disugesti,” ujarnya.
Senada, Astrid Wiratna, dosen psikologi Universitas Ciputra dan Widya Mandala menerangkan bahwa apa yang dilakukan pelaku adalah memanipulasi harapan, yakni pelaku mensugesti orang untuk percaya, kemudian melakukan manipulasi persepsi untuk memainkan persepsi seseorang. “Pelaku tentunya juga mengetahui latar belakang korban yang bisa saja diantara mereka memang membutuhkan uang, atau dihimpit masalah kemiskinan sehingga jalan satu-satunya adalah mengikuti ajakan pelaku. Pelaku memainkan persepsi mereka dengan cara melakukan ilusi untuk memanipulasi persepsi korban,” ujar ketua ikatan psikolog klinis Surabaya itu. Ia juga mengatakan bahwa apa yang dilakukan pelaku dapat dinamakan sebagai ‘Creative Criminal’, yakni kriminalitas dengan modus unik, seperti memainkan psikologi seseorang maupun melakukan manipulasi ilusi, membawa nama agama dan Tuhan, juga manipulasi persepsi, dimana setiap manusia menurut ilmu psikologi mempunyai kelemahan di bidang persepsi.

‘Biar Dibalas Allah’

Dikonfirmasi soal ini, Sekretaris Yayasan Padepokan Dimas Kanjen Taat Pribadi, Suryono mengatakan, bukan sekali dua kali Dimas Kanjeng disudutkan orang. ”Bahkan ada beberapa orang yang lapor polisi, tetapi karena tidak didukung saksi dan bukti kuat, ya laporan itu tidak digubris polisi,” ujarnya.
Dikatakan memang ada sebagian orang yang mengatasnamakan Dimas Kanjeng untuk meraup keuntungan pribadi. Ada lagi yang menyudutkan Dimas Kanjeng melalui internet. ”Tetapi karena Dimas Kanjeng melarang kami menyerang balik orang-orang yang menyudutkan Dimas Kanjeng, ya kami diam saja. Biarlah Allah yang membalas mereka,” ujar Suryono.
Yang jelas hingga kini, padepokan mencatat sekitar 17.000 orang dari seluruh Indonesia menjadi santri Dimas Kanjeng. ”Kalau Dimas Kanjeng punya acara, barulah mereka diundang untuk datang atau partisipasi,” ujarnya.
Sebagian sumbangan santri itu dirupakan dalam bentuk infrastruktur di padepokan. Padepokan yang awalnya berpusat di rumah Dimas Kanjeng pun akhirnya meluas hingga sekitar 1 hektare.
Disinggung soal orang-orang yang menyetorkan uang amanah dengan imbalan kantong ajaib, Suryono awalnya enggan berkomentar. Ketika disinggung ada nama pengusaha besar, sekaligus Ketua Umum Parpol yang memiliki kantong ajaib tersebut, Suryono membenarkannya.
Ia kemudian menyebutkan sejumlah nama pengusaha besar baik tingkat regional Jatim hingga nasional, yang memiliki kantong ajaib itu. ”Waduh telanjur menyebutkan nama-nama, sebenarnya ini rahasia. Kalaupun dikonfirmasi balik, orang-orang tersebut bakal membantahnya, ya karena memang rahasia, ghaib,” ujarnya.
Suryono mengakui, untuk mendapatkan kantong ajaib itu harus ditebus dengan uang jutaan. ”Karena untuk menyiapkan kantong itu, Dimas Kanjeng juga perlu waktu dan pengorbanan besar,” ujarnya.m7,sab,m17 (tamat)

DIMAS KANJENG TAAT PRIBADI cara syarat yang aneh


RITUAL menangkap ayam hutan di Semeru dan udang di petilasan Gajah Mada dikabarkan menjadi salah satu syaratnya. Ada juga yang mengaku wajib setor ‘mahar’ jutaan rupiah. Janjinya, asal ikhlas maka uang akan kembali dalam jumlah yang lebih besar.
Suka membagi-bagikan harta untuk fakir miskin menjadi salah satu kharisma Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Tapi di luar kehebatan dan kekayaannya, ternyata ada sejumlah anggapan miring dialamatkan kepadanya. Mulianto Prio, warga Tasikmalaya, Jabar misalnya, mengaku menjadi korban Dimas Kanjeng.
Melalui internet, 11 Agustus 2012 lalu, Mulianto mengatakan, istrinya sempat setor uang Rp 10 juta melalui orang yang mengatasnamakan dari padepokan Dimas Kanjeng. Istri Mulianto dijanjikan bakal menerima pengembalian uang berlipat ganda melalui sebuah dompet ghaib. Tetapi hingga kini janji tersebut belum juga terwujud.
Tidak hanya Mulianto, sebuah grup terbuka Facebook menjadi tumpahan uneg-uneg  untuk menyudutkan Dimas Kanjeng. Sebuah pemilik akun bernama Nyai Ajeng (bukan nama asli) mempertanyakan, janji Dimas Kanjeng yang bakal mencairkan uang amanah. Demikian juga pemilik akun, Haji Yasin Reng Wangkal, terlihat rajin mengritisi dan menyudutkan Dimas Kanjeng.
”Sampai detik ini belum terbukti keberadaan uang amanah. Anehnya sampai saat ini korban belum ada yang berani melapor, inilah sulitnya mengunggkap penipuan yang dijalankan Taat Pribadi,” ujar Nyai Ageng dalam statusnya tanggal 23 Desember 2012 lalu.
Hal senada diungkapkan seorang warga Kabupaten Sampang.  Hingga kini Bassir (39), warga desa Napo Daya, Omben masih berharap uang yang telah disetorkan sejak Februari 2009 segera dikembalikan."Saya sudah nunggu lama, tapi sampai sekarang uang saya sebesar Rp 6 juta  belum dikembalikan," katanya.
Bassir mengaku sangat kesal dengan alasan koordinator lapangan (korlap), Abdullah, asal Jember yang selalu berbeli-belit ketika uangnya ditagih."Dia beralasan saya kurang ikhlas, makanya uang saya tidak bisa cair," tuturnya
Sebab persyaratan uang itu bisa cair jika pengikut yang telah menyetorkan uang telah betul-betul ikhlas."Selama saya masih menagih, berarti saya di anggap tidak ikhlas. Maka uang itu tidak bisa cair. Ini kan sama saja bohong," katanya
Bassir menceritakan, awal mula dia tertarik untuk menyetor uang karena diajnjikan keuntungan yang berlipat. "Waktu itu saya dijanjikan pasca setor Rp 3 juta, maka akan mendapat uang Rp 3 miliar dengan syarat harus ikhlas," ucapnya
Selain mendapatkan keuntungan berlipat, korlap aliran waktu itu mengatakan bahwa ajaran itu membentuk pribadi yang mampu menata jiwa dengan inti ajaran ikhlas dan tawakkal. "Jika para pengikut telah menerapkan ajaran itu sampai pada level puncak, maka akan mudah masuk surga," tuturnya
Kini Bassir sudah tidak lagi berharap keuntungan berlipat yang pernah dijanjikan, tapi bagaimana uang yang telah disetorkan segera dikembalikan. "Saya sudah tidak percaya lagi, saya hanya mohon uang saya dikembalikan," tandasnya
Sementara menurut korban lainya,  H Khusairi (63), warga Desa Rohayu Kec. Kedungdung Sampang, dia sangat menyesalkan aksi sindikat itu dengan membawa-bawa ajaran islam untuk melakukan penipuan. "Saya sempat bayar Rp 3 juta, tapi sampai sekarang belum cair," ujarnya
Kekecewaan juga disampaikan Hj Towiyah, dia mulanya sangat percaya dengan iming-iming uang berlipat. Apalagi ajaran itu sangat religius dengan membawa inti ajaran keikhlasan. "Tapi justru ajaran ikhlas itu hanya kedok untuk mempermudah melakukan aksi penipuan," tandas wanita asal desa Jrangoan, Kec Omben Sampang ini.
Kekesalan itu semakin menjadi ketika diketahui uang itu tidak akan bisa cair. Sebab ketika ditagih pasti menjawab belum ikhlas. Nah, kalau belum ikhlas, uang tidak akan pernah cair. "Padahal uang itu tabungan saya untuk membelikan sepeda motor anak saya untuk dipakai sekolah," tandasnya
Baik Bassir, H Khusairi maupun Hj Towiyah hanya bisa berharap pihak kepolisian mengusut kasus penipuan yang berkedok ikhlas itu. "Saya harap polisi segera menangkap para penipunya," tegasnya.
Seorang pengikut padepokan lain yang namanya tidak mau disebutkan mengatakan bahwa setiap orang yang bergabung disana memiliki tujuan yang lebih dari sekadar mengejar materi, namun juga mengejar ilmu tentang kesempurnaan hidup. Ia mengaku bergabung sejak 2005 dan telah menjalani semua petunjuk gurunya.
“Saya dituntut untuk berhati bersih, ikhlas, jujur serta telah menyelesaikan ritual, yakni menangkap 7 ekor ayam hutan di gunung semeru tanpa membawa bekal apapun, juga menangkap 2.000 ekor udang di sebuah sungai bekas petilasan Gajah Mada dan harus membawanya dalam keadaan hidup ke Surabaya. Saya juga pernah menjalani ritual mandi di petilasan tokoh-tokoh sakti. Ritual itu bila sudah selesai dilaksanakan, maka kita akan diberi kantong ajaib yang bisa mengeluarkan uang yang tak pernah habis,” ujarnya.
Selain kantong ajaib, padepokan itu menjanjikan anggotanya bisa menguasai beragam ilmu, seperti ilmu kesempurnaan hidup, kesaktian dan sebagainya. Salah satunya adalah ilmu kewalian,  jika seseorang menguasai ilmu itu maka akan bisa menggandakan wujudnya menjadi banyak. “Guru saya Kanjeng Taat Pribadi menguasai ilmu itu dengan baik dan bisa menggandakan wujudnya menjadi 10,” paparnya.
Jika semua syarat dan ritual sudah dipenuhi, serta seseorang sudah dinyatakan bersih hatinya, seseorang harus bersedia meninggalkan kehidupan duniawinya, seperti menjual harta bendanya dan hasilnya diserahkan pada padepokan Kanjeng Taat Pribadi. “Setelah semua selesai dan santri disana telah menguasai ilmu kesempurnaan hidup, barulah kita bisa menerima kantong ajaib itu,” ujarnya.
Apakah di Padepokan Kanjeng Taat Pribadi terdapat banyak tokoh atau pejabat yang bergabung? “Konon sangat banyak, diantaranya Marwah Daud Ibrahim dan Jusuf Kalla. Pengusaha-pengusaha itu menjadi kaya, katanya karena mereka diberi keahlian oleh Gusti Kanjeng Taat Pribadi,” ujarnya
Ia mengaku sudah sejak 2005 bergabung dengan Padepokan Kanjeng Taat Pribadi dan hingga kini ia belum juga mendapat kantong ajaib yang dijanjikan. 

‘Biar Dibalas Allah’

Dikonfirmasi soal ini, Sekretaris Yayasan Padepokan Dimas Kanjen Taat Pribadi, Suryono mengatakan, bukan sekali dua kali Dimas Kanjeng disudutkan orang. ”Bahkan ada beberapa orang yang lapor polisi, tetapi karena tidak didukung saksi dan bukti kuat, ya laporan itu tidak digubris polisi,” ujarnya.
Dikatakan memang ada sebagian orang yang mengatasnamakan Dimas Kanjeng untuk meraup keuntungan pribadi. Ada lagi yang menyudutkan Dimas Kanjeng melalui internet. ”Tetapi karena Dimas Kanjeng melarang kami menyerang balik orang-orang yang menyudutkan Dimas Kanjeng, ya kami diam saja. Biarlah Allah yang membalas mereka,” ujar Suryono.
Yang jelas hingga kini, padepokan mencatat sekitar 17.000 orang dari seluruh Indonesia menjadi santri Dimas Kanjeng. ”Kalau Dimas Kanjeng punya acara, barulah mereka diundang untuk datang atau partisipasi,” ujarnya.
Sebagian sumbangan santri itu dirupakan dalam bentuk infrastruktur di padepokan. Padepokan yang awalnya berpusat di rumah Dimas Kanjeng pun akhirnya meluas hingga sekitar 1 hektare.
Disinggung soal orang-orang yang menyetorkan uang amanah dengan imbalan kantong ajaib, Suryono awalnya enggan berkomentar. Ketika disinggung ada nama pengusaha besar, sekaligus Ketua Umum Parpol yang memiliki kantong ajaib tersebut, Suryono membenarkannya.
Ia kemudian menyebutkan sejumlah nama pengusaha besar baik tingkat regional Jatim hingga nasional, yang memiliki kantong ajaib itu. ”Waduh telanjur menyebutkan nama-nama, sebenarnya ini rahasia. Kalaupun dikonfirmasi balik, orang-orang tersebut bakal membantahnya, ya karena memang rahasia, ghaib,” ujarnya.
Suryono mengakui, untuk mendapatkan kantong ajaib itu harus ditebus dengan uang jutaan. ”Karena untuk menyiapkan kantong itu, Dimas Kanjeng juga perlu waktu dan pengorbanan besar,”

Selasa, 01 Januari 2013

DIMAS KANJENG TAAT PRIBADI 2012


KAROMAH - Dimas Kanjeng Taat Pribadi, pengasuh Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, dari Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur jelang Hari Raya Idul Fitri 1433 H ini membagikan uang santunan sedikitnya Rp 1 miliar kepada sedikitnya 10.000 orang fakir miskin. Mereka dikumpulkan di padepokan dan diberi santunan Rp 100.000,- per orang dengan nilai pecahan Rp 50.000,- dan Rp 100.000,- Santunan dibagikan secara maraton sejak hari Minggu 12 Agustus 2012 dan mendapat pengawalan ketat dari petugas Kepolisian dan TNI (Surat Kabar 'Surya' | Dimas Kanjeng Taat Pribadi | Datangkan Rp 63 Juta dalam Sekejap | Senin, 13 Agustus 2012 | hal 1, 7).

Didepan sejumlah wartawan, Dimas Kanjeng Taat Pribadi mendemonstrasikan cara menarik uang secara ghaib. Sebelum memulai aksinya, dia meminta tangannya disemprot minyak wangi. Lalu kedua tangannya kembali ditarik ke belakang pinggang. Setelah beberapa detik, tangannya ditarik kedepan dan sudah terlihat pecahan uang asing, mulai dari dollar AS, dollar Singapura, dollar Hongkong, dollar Australia, dollar Kanada, Real, Ringgit, Bath, Yen, Yuan, Poundsterling, dan Euro. Ini asli, silahkan cek di Bank. Kalau tidak asli, silahkan saya (Dimas Kanjeng Taat Pribadi) dilaporkan ke Polisi. Ada wartawan yang meminta Kanjeng mendatangkan jam tangan Rolex. Setelah dilakukan, ternyata dia bisa mendatangkan tiga jenis sekaligus.

Ketika dimintai komentarnya tentang berita itu mas Bejo, sobat penulis, menyatakan kekagumannya. Indonesia sejak dahulu kala sampai sekarang memang gudangnya orang-orang 'pintar' atau 'sakti'. Dia berharap santunan yang dilakukan oleh Kanjeng Taat Pribadi ini diikuti oleh para konglomerat atau pengusaha kaya di Indonesia khususnya yang beragama Islam seperti yang dilakukan seorang pengusaha di daerah Madura yang mengeluarkan zakat mal sekitar Rp 1 miliar beberapa waktu lalu. Alangkah indahnya hidup ini bila banyak orang-orang kaya di Indonesia yang peduli kepada para fakir miskin, anak yatim piatu, dan orang-orang yang hidupnya susah. Orang kaya yang bersyukur dan orang miskin yang sabar.